Kucing merupakan salah satu hewan peliharaan yang lucu dan menggemaskan, hewan ini sangat aktif bermain dan bersosialisasi dengan hewan lainnya. Tetapi, tahukah kalian sebagai pet owners membiarkan kucing berkeliaran dan memakan tikus dapat berbahaya bagi kesehatannya? Salah satu penyakit yang dapat menyerang kucing adalah Toxoplasmosis, apa itu Toxoplasmosis? Yuk simak artikel berikut untuk informasi lebih lanjut!
Kucing yang sering berburu tikus rentan terkena toxoplasmosis [9].
Apa itu Toxoplasmosis?
Toxoplasmosis merupakan penyakit parasit protozoa dari spesies Toxoplasma gondiiyang dapat menginfeksi semua hewan berdarah panas seperti anjing, kucing dan satwa exotic, serta tak menutup kemungkinan terjadi pada manusia. Toxoplasma gondii hampir dapat ditemukan di seluruh dunia dan telah menginfeksi lebih dari 50% populasi manusia di dunia [1]. Untuk mencapai tingkat kematangan sempurna dari siklus hidupnya, parasit tersebut akan mencari inang untuk dijadikan sebagai tempat perkembangbiakan dan memproduksi ookista (stadium reproduksi seksual) [2].
Ookista parasit Toxoplasma gondii [5].
Proses penularan penyakit toxoplasmosis dari kucing ke manusia dapat terjadi melalui ketidaksengajaan menelan ookista parasit yang berada dalam tinja hewan yang terinfeksi [6]. Kasus infeksi toxoplasmosis pada kucing banyak ditemukan pada kondisi hewan yang memiliki akses luas berburu sebesar 37%, dimana tikus sebagai hasil buruannya [2].
Gejala Klinis Toxoplasmosis
Kucing yang terinfeksi toxoplasmosis sangat jarang menimbulkan gejala klinis. Beberapa gejala yang sering dijumpai antara lain yaitu sesak napas, radang pada iris mata, diare, demam, kehilangan nafsu makan, dan beberapa bagian tubuh (mukosa mulut, kulit, sklera mata) terlihat menguning. Dampak dari infeksi penyakit tersebut akan lebih serius atau berbahaya pada kasus hewan berumur muda dibandingkan dewasa [3].
Radang iris mata (uveitis) merupakan salah satu gejala klinis pada kucing yang terinfeksi toxoplasmosis [8].
Gejala klinis yang dapat ditemukan pada manusia yang terinfeksi toxoplasmosis antara lain yaitu tubuh mudah kelelahan, demam, radang tenggorokan dan sakit kepala. Beberapa kasus yang terjadi pada masa neonatus (kandungan), manifestasi klinis toxoplasmosis dapat berupa malformasi kongenital atau kelainan faktor genetik/non genetik [1].
Diagnosa Toxoplasmosis
Diagnosa yang dapat dilakukan dalam mengidentifikasi parasit Toxoplasma gondii antara lain yaitu uji non serologis dan serologis. Uji non serologis yang sering dilakukan yaitu pemeriksaan feses secara mikroskopis melalui mikroskop untuk melihat adanya ookista Toxoplasma gondii pada feses hewan terinfeksi, dan metode ini hanya dilakukan pada sampel terbatas [8]. Sedangkan, uji serologis yang dapat dilakukan antara lain Indirect Haemaglutination Assay (IHA), Direct Agglutination Test (DAT), Inhibition Fluorescent Assay (IFA) atau Enzyme-Linked Immunosorbent Assay (ELISA). Namun, metode ELISA paling sering dilakukan diantara yang lainnya [1].
Metode ELISA pada diagnosa toxoplasmosis dengan mendeteksi adanya anti-toxoplasma dari antibodi IgM atau IgG [8].
Terapi dan Pencegahan Toxoplasmosis
Langkah pemberian terapi atau pengobatan pada penyakit toxoplasmosis dapat disesuaikan dengan kategori infeksi serta respon terapeutik setiap individu. Umumnya, dokter akan memberikan pengobatan berupa kombinasi pirimetamin dan sulfadiazin sebagai obat pilihan untuk toxoplasmosis. Waktu penanganan dan pengobatan penyakit toxoplasmosis ini membutuhkan jangka waktu yang cukup lama [1].
Pencegahan yang dapat dilakukan untuk menekan laju infeksi toxoplasmosis pada manusia dan hewan khususnya kucing antara lain :
1. Pencegahan primer
Memasak daging hingga matang.
Menghindari kontak langsung dengan cairan dari daging mentah.
Mencuci tangan setelah menyentuh daging mentah.
Membersihkan peralatan yang digunakan untuk mengolah daging mentah.
Menghindari kontak langsung dengan feses kucing [7].
2. Pencegahan sekunder
Dilakukan serological screening pada wanita hamil dengan pemeriksaan prenatal serta melakukan terapi untuk mengetahui tingkat penularan yang dapat terjadi.
Memberikan pakan matang pada hewan peliharaan.
Pembersihan feses kucing dengan memberikan antiseptik atau melalui pembakaran.
Melakukan pemeriksaan hewan peliharaan ke dokter hewan secara berkala [7].
REFERENSI
[1] Halimatunisia, F. Dan Arif Y. P. 2018. Diagnosis Toxoplasma Gondii Dan Toksoplasmosis. Medula 8(1): 127-130.
[2] Hanafiah, M., Nurcahyo, W., Prastowo, J., Hartati, S. 2015. Faktor Risiko Infeksi Toxoplasma Gondii Pada Kucing Domestik Yang Dipelihara Di Yogyakarta. Jurnal Kedokteran Hewan 9(1): 55-58.
[3] Hartmann,K. Dkk. 2013. Toxoplasma Gondii Infection In Cats. Journal Of Feline Medicine And Surgery 15: 631 - 63.
[4] Miro, G., Bowman, D.D. 2018. Atlas of Parasitology Diagnosis in Dogs and Cats Vol 1: Endoparasites. Zaragoza : Grupo Asis Biomedia.
[5] Pudjiatmoko. 2014. Manual Penyakit Hewan Mamalia. Jakarta : Direktorat Jendral Peternakan Dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian Ri.
[6] Triana, A. 2015. Faktor Determinan Toksoplasmosis Pada Ibu Hamil. Jurnal Kesehatan Masyarakat 1(1): 25-31.
[7] Wahyuni, S. 2013. Toxoplasmosis Dalam Kehamilan. Jurnal Litbang Kemkes 9(1): 27-32
[8] Zakaria, R., Ardiansyah, S. 2020. Potential Analysis Of Toxoplasmosis Distribution In Wild Cats (Felis Silvestris) In Some Markets Of Sidoarjo District Through Microscopic Identification Of Toxoplasma Gondii. Medicra 3(2): 1-6.
[9] Diaz, G. 2019. How Toxoplasmosis Affects Cat. Retrieved November 7, 2021 from https://feline-nutrition.org/health/how-toxoplasmosis-affects-cats
Opmerkingen