Dalam dunia veteriner, transfusi darah merupakan prosedur medis di mana komponen darah diberikan kepada hewan secara intravena (IV) sebagai aspek penting dari penyelamatan nyawa dan perawatan lanjutan pasien kritis. Awalnya, transfusi darah hanya menggunakan darah utuh. Namun, dengan perkembangan terapi komponen darah, seperti pRBC’s, plasma beku, dan platelet rich plasma, pasien dapat menerima komponen-komponen darah sesuai dengan kebutuhan secara spesifik (Khan & Sharma, 2021).
Terapi transfusi darah telah semakin praktis dalam pengobatan pet animal, seperti anjing. Hal didukung dengan akses yang lebih mudah terhadap produk darah dari donor lokal, bank darah, dan program donor eksternal. Namun, untuk mengurangi resiko negatif saat melakukan transfusi darah, diperlukan pengetahuan tentang jenis golongan darah, screening darah, serta metode koleksi dan administrasi darah yang baik dan benar (Choudhary, et al., 2017).
Urgensi Dilakukan Transfusi Darah:
Berikut merupakan beberapa indikasi anjing yang perlu diberikan terapi transfusi darah:
Anemia
Anemia merupakan kondisi di mana jumlah sel darah merah di dalam tubuh hewan di bawah batas normal. Anjing yang mengalami anemia akibat infeksi maupun pendarahan akut ataupun kronis. Dalam kasus anemia akibat pendarahan hebat, penggantian volume darah menjadi penting (Khan & Sharma, 2021).
Volume Sel Padat (Packed Cell Volume/PCV) di bawah 15% dan Hemoglobin 5 gm/dL atau kurang
Gangguan perdarahan, seperti trombositopenia atau koagulopati
Keracunan warfarin
Warfarin merupakan zat antikoagulan yang dapat mengganggu proses pembekuan darah dengan cara menghambat sintesis vitamin K yang meurpakan faktor penting dalam pembekuan darah. Akibatnya, anjing yang terpapar atau keracunan wafarin dapat mengalami pendarahan hebat dan tidak terkendali. Anjing yang mengalami wafarin toxicity akan diberikan terapi transfusi plasma beku atau darah utuh untuk memulihkan kemampuan darah untuk membeku serta mengatasi anemia dengan menghentikan pendarahan (Osaro, 2012).
Luka bakar parah
Pasien dengan luka bakar parah, volume darah yang beredar seringkali tidak cukup untuk mempertahankan hemodinamik normal akibat hilangnya darah maupun plasma dalam jumlah besar dari kapiler-kapiler. Maka dari itu, transfusi darah merupakan terapi yang efektif dalam menangani luka bakar. Namun, terapi ini dapat menyebabkan beberapa kejadian merugikan, seperti alergi, penyakit menular melalui transfusi, dan cedera akut (Jian, et al., 2022).
Parasitisme
Parasit seperti kutu, cacing, maupun protozoa darah dapat menyebabkan kondisi anemia baik secara langsung maupun tidak langsung. Transfusi darah membantu menggantikan sel darah merah yang hilang (Khan & Sharma, 2021).
Jenis Golongan darah pada anjing:
Anjing memiliki sistem golongan darah yang kompleks yang diklasifikasikan oleh sistem DEA (Antipogen Eritrosit Anjing), yang mencakup lebih dari 13 golongan darah dan mengenali delapan tipe DEA. Golongan darah yang paling signifikan adalah DEA 1.1 dan DEA 1.2, yang terdapat pada sekitar 60% populasi anjing. Penggolongan darah sangat penting untuk menentukan antigen golongan darah pada permukaan sel darah merah, sementara pencocokan silang menilai kompatibilitas antara darah donor dan penerima. Proses ini sangat penting untuk mencegah reaksi transfusi, karena anjing dapat memiliki antibodi alami terhadap golongan darah yang berbeda. Penggolongan darah dan pencocokan silang yang tepat sangat penting untuk transfusi darah yang aman dalam kedokteran hewan (Khan and Sharma, 2021).
Untuk melakukan transfusi darah pada anjing, beberapa langkah penting harus diikuti guna memastikan keamanan dan efektivitasnya. Pertama, anjing donor yang sehat harus dipilih, pastikan golongan darahnya sesuai dan cocok dengan penerima. Pendonor harus berusia setengah baya, bebas dari infeksi dan parasit, dan tidak sedang menjalani pengobatan apa pun. Hidrasi dan status kardiovaskular penerima harus dinilai untuk menentukan laju transfusi yang tepat, yang dapat berkisar dari 0,25 ml/kg untuk pasien yang stabil hingga 2-10 ml/kg/jam untuk kasus yang parah, tanpa melebihi 10-20 ml/kg/jam untuk menghindari kelebihan volume. Darah biasanya diberikan secara intravena, dan teknik aseptik harus dipertahankan selama proses berlangsung. Pemantauan reaksi yang merugikan sangat penting selama dan setelah transfusi (Akande, 2022).
Syarat Anjing Pendonor dan Resipien:
Secara umum, syarat yang digunakan untuk anjing pendonor maupun resipien tidaklah berbeda. Perlu diperhatikan sebelum dilakukan transfusi darah, pendonor dan resipien diwajibkan untuk melakukan beberapa prosedur dan persyaratan, seperti. Pemeriksaan Golongan Darah, Keduanya harus diperiksa golongan darah terlebih dahulu untuk menentukan kompatibilitas antara donor dan resipien. Oleh karna itu dilakukan uji kecocokan darah (crossmatching) mayor dan minor. Crossmatching test bertujuan untuk melihat reaksi agglutinasi dan / atau reaksi hemolitik antara donor dan resipien.
Crossmatching mayor dan minor dilakukan untuk mengevaluasi reaksi aglutinasi dan hemolitik antara donor dan resipien. Crossmatching mayor melibatkan pencampuran eritrosit pendonor dengan plasma resipien, sementara crossmatching minor melibatkan pencampuran eritrosit resipien dengan plasma donor, kemudian dilihat dibawah mikroskop untuk mendeteksi adanya aglutinasi. Anjing sebagai pendonor maupun resipien harus terbebas dari parasit darah erti Feline Immunodeficiency Virus (FIV) dan Feline Leukemia Virus (FeLV). Selanjutnya, pendonor dilakukan sedasi terlebih dahulu menggunakan atropine, acepromazine, dan ketamin untuk membuat prosedur lebih nyaman dan aman. Darah yang akan diambil dihitung berdasarkan berat badan dan diambil melalui vena jugularis dan ditampung pada blood bag (Restijono dkk., 2022).
Prosedur Koleksi Darah:
Pengumpulan darah biasanya memakan waktu sekitar 5-10 menit. Darah diambil dari vena jugularis (pembuluh darah besar di leher) dengan cara yang steril, menggunakan gravitasi untuk membantu alirannya. Kantong darah diletakkan pada monitor pengumpulan darah untuk memantau prosesnya. Kantong darah yang digunakan adalah sistem tertutup, yang berarti darah tidak bersentuhan dengan lingkungan luar selama pengumpulan atau pemisahan menjadi komponen-komponen darah. Hal ini mengurangi risiko kontaminasi bakteri dan memungkinkan darah untuk disimpan dengan aman (Khan & Sharma, 2021).
Anjing bisa mendonorkan darah setiap 3 minggu, asalkan mereka mendapatkan nutrisi yang baik. Namun, anjing yang dimiliki oleh klien biasanya mendonorkan darah setiap 2-3 bulan. Volume darah maksimal yang bisa didonasikan adalah 20 ml per kg berat badan anjing atau satu kantong darah standar (sekitar 450 ml) untuk anjing dengan berat 25 kg atau lebih. Secara umum, 15-20% dari total volume darah anjing dapat didonasikan dengan aman. Untuk menghitung perkiraan volume darah total anjing dalam liter, gunakan rumus: 0,08-0,09 X BB anjing dalam kg (Khan & Sharma, 2021).
Pendonor diposisikan berbaring menyamping (lateral recumbency) di atas meja donasi darah. Area yang akan ditusuk (vena jugularis) dicukur dan dibersihkan dengan cairan antiseptik untuk meminimalkan risiko kontaminasi bakteri. Krim anestesi lokal dapat diaplikasikan untuk mengurangi rasa sakit. Pendonor dibiarkan tenang dan diposisikan dengan benar dalam posisi berbaring menyamping. Vena jugularis ditusuk dengan jarum yang terhubung ke kantong darah. Pengumpulan darah dipantau menggunakan monitor pengumpulan darah. Setelah jumlah darah yang diinginkan terkumpul, garis darah diclamp kembali dekat jarum, dan jarum dilepas dari donor.
Menghentikan pendarahan bisa dengan dilakukan tekanan pada area yang ditusuk dengan menggunakan jari atau balutan tekan sampai perdarahan berhenti. Kantong Darah yang telah terkumpul diberi label dengan tanggal pengumpulan, jenis produk darah, PCV (hematokrit) atau Hb (hemoglobin) donor, golongan darah, identifikasi donor, dan tanggal kadaluarsa (Khan & Sharma, 2021).
Gambar Koleksi Darah dari Anjing Pendonor (Khan & Sharma, 2021)
Crossmatching Darah
Crossmatching merupakan prosedur uji kecocokan darah yang dilakukan sebelum melaksanakan transfusi darah. Prosedur tersebut perlu dilakukan untuk mendeteksi dan
mengevaluasi ada tidaknya kehadiran antibodi pada plasma donor terhadap eritrosit resipien. Crossmatching hanya berperan sebagai pendeteksian antibodi pada sel darah merah pendonor atau resipien, dan tidak dapat mencegah terjadinya reaksi hemolitik akibat sensitisasi terhadap antigen yang diekspresikan pada sel darah merah resipien selama transfusi darah (Restijono et al., 2022).
Prosedur crossmatching yang dapat dilakukan pada anjing menurut Davidow (2013) yaitu:
Persiapkan darah yang telah dikoleksi dan diletakkan pada tabung EDTA dan tabung merah dari anjing pendonor dan resipien
Sentrifugasi dan pisahkan plasma dan serum dari sel darah merah, serta letakkan serum sel darah merah pendonor dan resipien pada tabung terpisah
Cuci sel darah merah menggunakan larutan saline 0,9% pada tabung EDTA yang baru sebanyak 3⁄4 dari tabung, dan disentrifus selama 1 menit. Setelah itu, larutan saline dibuang dan diulangi kembali sebanyak 3 kali
Lakukan resuspensi sel darah merah hingga membentuk konsentrasi 2%-4%
Siapkan tiga tabung crossmatching yang berbeda dan diberi label sesuai komposisi
campuran sebagai berikut:
Crossmatching major: 2 tetes serum resipien dan 1 tetes suspensi suspensi
sel darah merah pendonor
Crossmatching minor: 1 tetes suspensi sel darah merah resipien dan 2 tetes
serum donor
Kontrol: 1 tetes suspensi sel darah merah resipien dengan 1 tetes serum
resipien
Inkubasi selama 15-30 menit pada suhu 37oC
Sentrifugasi kembali selama 15 detik
Interpretasi hasil yang menunjukkan reaksi aglutinasi secara mikroskopik
menandakan bahwa darah pendonor tidak cocok untuk resipien. Jika ketiga kelompok tidak menunjukkan reaksi aglutinasi maka darah pendonor dapat dikatakan cocok dengan resipien.
Administrasi Darah
Pemberian komponen darah selama transfusi dapat dilakukan secara intravena dengan memasangkan IV catheter pada vena jugular atau vena cephalica anjing resipien. Untuk pasien pediatrik (anak anjing) dapat dilakukan transfusi secara intraosseous pada rongga sumsum tulang proksimal os femur menggunakan needle intravena ukuran 18-20 gauge atau needle spinal yang dipasang pada fossa trochanterica. Produk komponen darah yang disimpan dalam keadaan dingin tidak boleh langsung diberikan dan harus dicairkan atau dihangatkan. Hal tersebut dikarenakan darah yang beku memiliki tingkat kekentalan yang tinggi dan mampu menginduksi terjadinya vasokonstriksi, hipotermia, dan aritmia jantung.
Anjing yang membutuhkan transfusi berulang rentan mengalami sensitisasi terhadap golongan darah dan harus selalu melakukan crossmatching setiap kali menerima transfusi. Laju pemberian pada awal transfusi harus diberikan secara perlahan dan hati-hati untuk melakukan pengawasan terhadap tanda-tanda reaksi transfusi, Jika tidak ada masalah setelah 20-30 menit berlangsung, laju transfusi darah dapat ditingkatkan (Purohit et al., 2012).
DAFTAR PUSTAKA
Akande, O. 2022. Blood Transfusion in Dogs. Acta Scientific Veterinary Sciences. (4): 55-57.
Davidow, B. 2013. Transfusion Medicine in Small Animals. Vet Clin Small Anim, 43: 735-756.
Jian, J., Peng, Y., Chen, Z., Hong, X., Zhang, X., Sun, Y., Wang, G., Zhu, S., Ma, B., and Xia, Z. 2022. Determining Transfusion Use in Major Burn Patients: A Retrospective Review and Analysis from 2009 to 2019: The Journal of the International Society for
Burn Injuries. 48(5): 1035-1278.Khan, I.S. and Sharma, S. 2021. Animal science. Haryana : MedDocs Publishers LLC.Khan, I.S., and Sharma, S. 2021. Practical and Safe Whole Blood Transfusion in Dogs and Cats. Animal Science. MedDocs Publishers,1(5): 52-58.
Osaro, E. 2012. Blood Transfusion Services in Sub Saharan Africa Challenges and
Constraints. Bloomington: AuthorHouse.Purohit, S., Srivastava, M.K., Malik, V., Srivastava, A., and Pandey, R.P. 2021.
Canine Blood Transfusion. Intas Polivet,13(1): 83-88.Restijono, E.H.M., Yunani, R., Palestin, Wardhani, H.C.P., et al. 2022.
Pemeriksaan Golongan Darah dan Transfusi Darah Pada Kucing dan Anjing Secara Gratis di Rumah Sakit Hewan Pendidikan Weka Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Wijaya Kusuma Surabaya. MARTABE: Jurnal Pengabdian Masyarakat, 5(9): 3314-3319.
Kommentare