top of page
Search
Silvia Putri Permatasari, Jeannette Gracia Modena, Fathia Zahra Aulia Putri

Chronic Rhinitis : Flu Kucing yang Tak Kunjung Habis

Updated: Jun 9



Chronic Rhinitis itu Flu yang Seperti Apa?


Penyakit yang menyerang saluran respirasi bagian atas seringkali terjadi pada kucing, dan salah satunya ialah chronic rhinitis. Chronic rhinitis atau rhinitis kronis merupakan suatu sindrom yang berhubungan dengan peradangan dalam membran mukosa hidung. Sulthanah dkk., (2023) mengemukakan bahwa ada beberapa jenis rhinitis, seperti rhinitis alergi, non - alergi, medicamentosa, sicca, atrofi kronis, polypous, dan infeksius. Rhinitis yang dapat dikategorikan sebagai kronis ialah yang sudah berlangsung selama 4 minggu atau lebih secara terus menerus.


Agen penyebab terjadinya rhinitis juga bervariasi dan sangat umum di lingkungan sekitar, misalnya seperti jamur, bakteri, virus, allergen, maupun senyawa yang toksik. Jamur penyebab rhinitis bisa berasal dari Cryptococcus spp. atau Aspergillus spp. Kemudian untuk bakteri biasanya disebabkan oleh Mycoplasma sp., Klebsiella sp., Staphylococcus sp., Streptococcus sp., dan Chlamydophila felis Pasteurella.


Perlu digaris bawahi bahwa infeksi bakteri pada kasus yang terjadi umumnya didapatkan dari infeksi sekunder. Namun, hal tersebut tidak menutup kemungkinan infeksi bakteri dapat menjadi penyebab primer dari rhinitis. Sedangkan untuk virus, umumnya disebabkan oleh Feline Viral Rhinotracheitis (FVR), Feline Calicivirus (FCV), dan apabila menurut beberapa penelitian, penyebab utamanya yaitu Feline Herpesvirus (FHV-1), kemudian setelah itu akan dilanjutkan dengan infeksi sekunder dari bakteri yang telah disebutkan sebelumnya (Sulthanah dkk., 2023).


Gambar 01. Cryptococcus spp. (kiri) dan Mycoplasma sp. (kanan)

(Almendros dkk., 2020; Saqib dkk., 2016)


Apa Saja Gejala Klinis yang Dapat Dialami oleh Kucing Penderita?


Pada beberapa kasus yang terjadi, gejala yang biasa dialami oleh kucing menurut studi oleh Budiani dkk., (2024) dapat berupa bersin, pernapasan tersengal, keluarnya leleran dari hidung, atau kucing dapat bernafas dengan mulut yang terbuka, namun hal tersebut sangat jarang ditemukan. Gejala yang paling umum untuk terjadi ialah bersin - bersin disertai dengan keluarnya leleran dari hidung yang berlebihan, namun hal tersebut terjadi dalam jangka waktu yang sangat lama.


Selain itu, apabila berdasarkan kasus yang dilaporkan oleh Budiani dkk., (2024) dan Sulthanah dkk., (2023), gejala rhinitis juga dapat berdampak pada mata kucing, dimana kedua kucing dari studi tersebut menunjukkan gejala berupa leleran atau keluarnya air dari mata. Hal tersebut dikatakan terkait dengan agen penyebab sekunder yaitu bakteri, dan dapat disebut sebagai mukopurulen. Selain itu, kedua kucing juga menunjukkan gejala berupa mengeluarkan suara ketika sedang bernafas, dimana hal tersebut berkaitan dengan agen reaksi alergi yang menyebabkan pembengkakan pada saluran pernapasan bagian atas.


Diagnosa dan Identifikasi Penyakit Chronic Rhinitis


Dalam beberapa kasus yang dilaporkan oleh Sulthanah dkk., (2023), Budiani dkk. (2023) dan Meepoo dkk., (2022) untuk meneguhkan diagnosa rhinitis kronis, diperlukan beberapa pemeriksaan penunjang. Hal ini dikarenakan kejadian kasus rhinitis didominasi oleh penyebab yang tidak spesifik. Pemeriksaan penunjang tersebut terdiri atas pemeriksaan CT-scan, isolasi-identifikasi bakteri dan jamur serta pemeriksaan darah lengkap. Pemeriksaan CT-scan ditujukan pada rongga hidung dan sinus paranasalis atau rongga yang terbentuk di sekitar rongga hidung untuk mengetahui adanya massa eksudat yang memenuhi rongga tersebut ataupun perbedaan ukuran pada kedua limfoglandula submandibularis (Reed, 2020). Disamping itu, pemeriksaan radiografi dapat dilakukan namun tidak dianjurkan menjadi dasar penentuan diagnosa definitif dikarenakan tampilan radiografi cairan dalam rongga hidung dengan pertumbuhan tumor seringkali terlihat mirip (Reed, 2020). 




Gambar 02. Hasil CT-Scan Nasal Cavity dan Sinus Frontal Kucing yang Terinfeksi Rhinitis

(Turek dkk., 2022)


Kemudian isolasi dan identifikasi bakteri serta jamur dilakukan setelah swab nasal terkoleksi untuk mengetahui jenis bakteri ataupun jamur yang menjadi salah satu faktor pendukung kondisi rhinitis kronis (Budiani dkk., 2023). Pada pemeriksaan darah dalam beberapa kasus ditemukan peningkatan kadar sel darah putih keseluruhan, monosit, dan granulosit. Peningkatan monosit menjadi salah satu faktor perkiraan adanya infeksi sekunder  yang diakibatkan oleh virus, bakteri, dan parasit tertentu. Dengan perkiraan tersebut, maka dapat didukung dengan pemeriksaan penunjang lainnya untuk dapat menentukan pengobatan yang tepat (Sulthanah dkk., 2023).


Tindakan Preventif dan Pengobatan bagi Chronic Rhinitis


Terapi dan penanganan rhinitis kronis sebenarnya cukup sulit, karena hampir tidak ada protokol definitif terapi yang tersedia. Penanganan rhinitis kronis bertujuan untuk meredakan gejala klinis dan mencegah perluasan penyakit karena sifat penyakit ini yang dapat kambuh kembali. Terapi rhinitis kronis dapat dilakukan melalui pemberian beberapa jenis obat, diantaranya yakni pemberian antibakteri atau antibiotik berdasarkan hasil kultur dan uji sensitivitas bakteri dari sampel cairan nasal. Kemudian juga pemberian antihistamin yang dapat mengurangi sekresi mukus pada hidung (Reed, 2020). Rangkaian pengobatan pada kasus rhinitis kronis dapat dilakukan sekitar 4 minggu untuk memastikan bahwa infeksi telah berhasil dihilangkan. Pada saat pengobatan, kucing sebaiknya dikandangkan dan selalu dijaga kebersihan sekitarnya. Selain itu juga perlu dilakukan pemberian vitamin dan pakan khusus pemulihan secara rutin. Manajemen pemeliharaan yang tepat dapat mendukung penyembuhan penyakit ini (Sulthanah dkk., 2023).


Referensi:


Almendros, A. Muguiro, D.H. Hill, F.I. Barrs, V.R. 2020. First case of feline cryptococcosis in Hong Kong, caused by Cryptococcus neoformans. Medical Mycology Case Reports. 29(1): 8-11.


Budiani, A., Arjentinia, P.G.Y. Jayanti, P.D., 2024. Chronic Rhinitis with Bronchitis in Domestic Cats. Veterinary Science and Medicine Journal. 6(3): 265-276.


Meepoo, W., Jaroensong, T., Pruksakorn, C. and Rattanasrisomporn, J., 2022. Investigation of bacterial isolations and antimicrobial susceptibility of chronic rhinitis in cats. Animals. 12(12): 1572-1581.


Reed, N., 2020. Chronic rhinitis in the cat: an update. Veterinary Clinics: Small Animal Practice. 50(2): 311-329.


Saqib, M. Abbas, G. Khan, I. Mughal, M.N. Sial, A.U.R. Ijaz, M. Avais, M. 2016. Hemato-Biochemical Analysis and Treatment Response to Enrofloxacin in Cats Affected with Feline Hemotropic Mycoplasma. Pakistan Journal of Zoology. 48(5): 1569-1571.


Sulthanah, T.M., Soma, I.G. Putriningsih, P.A.S. 2023. Chronic Rhinitis in Cats. Veterinary Science and Medicine Journal. 5(11): 337-347.


Turek, W. Fulbiszewska, A.P. Ramisz, G. Aleksiewicz, R. 2022. CT Review of Upper Respiratory Disorders in Domestic Cat. Medycyna Weterynaryjna. 78(5): 222-228.



16 views0 comments

Comentarios


bottom of page