Ikan merupakan salah satu hewan peliharaan yang cukup umum di Indonesia. Berdasarkan data badan perdagangan dunia 2013, Indonesia berada di urutan ke 5 dunia untuk nilai perdagangan ekspor ikan hias. Masyarakat memelihara ikan hias sebagai hewan air peliharaan, hiasan di rumah, aktivitas hiburan, dan untuk mengurangi stres. Ikan hias memiliki beragam jenis serta harga, mulai dari yang dijual di kaki lima hingga dapat bernilai milyaran rupiah. Salah satu ikan yang sedang gencar dipelihara masyarakat adalah dari Family Ikan Gabus (Channa striata) atau biasa disebut Ikan Channa. Ikan Gabus sendiri lazimnya dikenal akan gizi dan proteinnya dari sudut pandang ilmu pangan (Andriadhi,dkk., 2019). Jadi, ikan air tawar yang sering ditemui di alam bebas ini dapat dijadikan hewan peliharaan di akuarium? Yuk, lihat lebih jauh beberapa jenis Channa tercantik pilihan KEPETA.
Gambar 1. Ikan Channa Toman (Channa micropeltes) (sumber : Gustiano, dkk., 2019)
Ikan Gabus (Channa striata) merupakan salah satu ikan endemik Sumatera, Jawa dan Kalimantan yang hidup menghuni rawa-rawa, danau, sungai, kolam, serta sawah. Ikan ini merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang bernilai tinggi terutama jika ditinjau dari sudut pandang pangan dan gizi (Pariyanto,dkk., 2021). Namun ternyata, di kalangan para pecinta ikan hias, beberapa spesies dari Keluarga Channa ini memiliki warna dan motif tertentu yang patut dipamerkan di akuarium. Di Indonesia sendiri saat ini telah teridentifikasi sebanyak 8 jenis ikan Channa yang di mana sebagian besar hidup secara liar di Pulau Sumatera dan Kalimantan. Jenis ikan Channa yang telah ditemukan di Indonesia diantaranya yaitu yaitu Ikan Gabus Kutuk (Channa striata), Ikan Toman (Channa micropeltes), Ikan Kehung (Channa lucius), Ikan Serandang (Channa pleurophthalmus), Ikan Jalai (Channa marulioides), Ikan Mihau (Channa maculata), Ikan Bangka snakehead (Channa bankanensis), dan Ikan Bujuk (Channa cyanospilos). Di antara kedelapan jenis tersebut, Ikan Gabus spesies Channa striata lah yang paling dikenal oleh masyarakat Indonesia secara luas (Sinaga, dkk., 2019).
Ikan Toman (Channa micropeltes) merupakan jenis ikan gabus dengan ukuran terbesar. Ukuran panjang dari ikan ini bisa mencapai lebih dari 1 meter. Ikan ini memiliki ciri khas morfologinya berupa adanya garis linea lateralis berwarna jingga dari bagian moncong hingga ke sirip ekor bagian atas dan bawah dibatasi oleh garis berwarna hitam yang kemudian terputus menjadi bintik-bintik yang tidak beraturan atau totol pada sepanjang tubuhnya dengan bagian perut berwarna putih. Di antara ikan gabus lainnya, Ikan ini merupakan top predator di mana memiliki kecenderungan untuk memangsa ikan lain. Distribusi ikan ini di Indonesia tersebar di wilayah Kalimantan dan Sumatera. Ikan ini diperjualbelikan sebagai ikan hias dengan nama giant atau redline snakehead (Gustiano, dkk., 2019; Sinaga, dkk., 2019).
Ikan Serandang (Channa pleurophthalmus) merupakan ikan gabus dengan ciri khas morfologi berupa 4-5 buah totol bulat hitam yang dikelilingi warna kuning atau merah pada bagian sisi tubuhnya. Ikan ini merupakan spesies asli dari daerah Sungai Musi, Batanghari, Kapuas, dan Barito. Ikan ini tergolong ikan predator di mana makanan utamanya berupa ikan kecil dan udang. Keunikan dari ikan gabus jenis ini yaitu ikan ini dapat bertahan hidup pada kondisi perairan dengan kadar oksigen yang rendah, kadar karbondioksida bebas yang tinggi, serta kadar pH yang rendah atau asam. Hal ini dikarenakan ikan ini memiliki organ pernapasan tambahan pada insang yang memungkinkan ikan serandang untuk mengambil oksigen dari atmosfer. Ikan Serandang memiliki sebutan lain di pasaran ikan hias yaitu Eyespot snakehead (Gustiano, dkk., 2019; Muslim, 2017; Sinaga, dkk., 2019).
Ikan Channa bankanensis merupakan ikan gabus yang hidup di air tawar daerah rawa dengan ukuran yang bisa mencapai hingga 14 cm. Ciri khas dari morfologi ikan gabus jenis ini yaitu terdapat sepasang garis lurus yang mengapit dari bagian orbital mengarah sisi bawah dari operkulum. Selain itu ikan ini memiliki warna tubuh khas kuning dengan bintik-bintik hitam pada bagian bawah tubuh dan dasar sirip dorsal dan anal. Ikan ini merupakan endemik/asli Pulau Bangka, Sumatera sehingga diberi nama Bankanensis. Ikan ini juga dikenal dengan nama Bangka snakehead di pasaran ikan hias (Gustiano, dkk., 2019; Muslim, 2017).
Gambar 2. Ikan Channa Serandang (Channa pleuropthalmus). (Sumber : pinterest.com/Keizuke Jq; Gustiano, dkk., 2019)
Ikan gabus hias harus dipelihara di dalam kolam atau akuarium yang berukuran relatif besar, dengan tinggi atau dalam minimal 1-2 meter dan lebar serta panjang minimal 2 meter. Ukuran kolam atau akuarium yang besar ini disesuaikan dengan tingkah laku ikan yang sangat cepat dalam berenang. Selain ruang renang yang besar, di dalam akuarium/kolam juga perlu disediakan hiasan seperti gua batu yang cukup besar, karena ikan ini cukup senang untuk bersembunyi di tempat yang gelap. Selain itu, peralatan akuarium yang perlu disiapkan ialah filtrasi, penutup akuarium/kolam seperti fiber/wire mesh, pengatur pH air agar tetap berada di kisaran 7.0-8.0, dan pengatur suhu air agar konstan di kisaran 23º hingga 27ºC (Puspaningsih et al., 2018; Tang et al., 2018).
Gambar 3. Ikan Bangka snakehead (Channa bankanensis) (Sumber : Gustiano, dkk., 2019)
Ikan gabus akan melahap ikan apa pun yang ukurannya dirasa cukup di mulutnya. Oleh karena itu, ikan gabus hias biasa dipelihara sendiri di akuarium, atau dipelihara bersama ikan lain yang ukurannya sama dan gaya berenangnya cepat. Ikan gabus merupakan ikan predator yang tentunya karnivora. Pakan yang biasa diberikan pada ikan gabus ialah serangga atau ikan kecil lain yang ukuran atau besarnya tidak lebih dari setengah ikan gabus. Pakan biasanya dibiarkan hidup atau sudah akan mati, dan pakan diberikan sekali atau dua kali per hari (Akbar & Iriadenta, 2019; Paray et al., 2016). Nah, gimana nih, udah tertarik untuk memelihara ikan Channa atau ikan gabus hias? Kalau sudah, siapkan segala keperluan untuk memelihara ikan ini, agar tetap menjaga 5 Freedom dan Animal Welfare!
REFERENSI
Akbar, J. & Iriadenta, E. 2019. Feeding Habits, Length-Weight Relation, and Growth Pattern of Snakehead Fish (Channa striata) from Rice Field in Jejangkit Muara Village, Barito Kuala Regency, Kalimantan Selatan. Prosiding Seminar Nasional Lingkungan Lahan Basah. 4(1): 221-224.
Andriadhi,A., Bambang,A.N., dan Darmanto,YS. 2019. Strategi Pengembangan Budidaya Ikan Hias Air Tawar Di Kota Semarang. Agromedia 34(2) : 1-10.
Gustiano, R., Ath-thar, M.H.F., & Kusmini, I.I. 2019. Diversiti, Biologi Reproduksi, dan Manajemen Induk Ikan Gabus. Bogor: IPB Press.
Muslim. 2017. Budidaya Ikan Rawa Seri 1: Ikan Gabus (Channa striata). Palembang: UNSRI Press.
Paray, B.A., Haniffa, M.A. Innocent, X., et a. 2016. Effect of Feed Quality on Growth and Survival of Striped Snakehead, Channa striatus (Bloch, 1793) Hatchlings. Indian Journal of Geo-Marine Sciences. 45(1): 105-110.
Pariyanto, Hidayat,T., dan Sulaiman,E. 2021. Studi Populasi Ikan Gabus (Channa Striata) Di Sungai Air Manna Desa Lembak Kemang Kabupaten Bengkulu Selatan. Jurnal Ilmiah Pendidikan Sains 1(2) : 53-60.
Puspaningsih, D., Supriyono, E., Nirmala, K., et al. 2018. The Dynamics of Water Quality During Culture of Snakehead Fish (Channa striata) in The Aquarium. Omni-Akuatika. 14(2): 123-131.
Sinaga, E., Suprihatin, & Saribanon, N. 2019. Ikan marga Channa, Potensinya sebagai bahan nutrasetikal. Jakarta Selatan: UNAS Press.
Tang, Z.H., Wu, Q. & Fu, S.J. 2018. Inspection Behaviour and Inter‐individual Cooperation in Juvenile Qingbo: The Effects of Prior Predator Exposure and Food Deprivation. Journal of Ethology. 36: 181-190.
Comentários