Scabies merupakan penyakit kulit yang sering dijumpai pada hewan yang disebabkan oleh infestasi tungau Sarcoptes scabiei pada epidermis kulit tepatnya pada stratum korneum. Scabies merupakan penyakit yang menular, penularannya dapat terjadi karena kontak langsung dengan kucing yang tertular atau dapat pula melalui kontak tidak langsung melalui alat – alat seperti kandang, sikat atau alat lain yang dipakai oleh kucing yang tertular scabies. Kepekaan terhadap penularan scabies tidak sama. Ada yang mudah merasa gatal – gatal, namun ada pula yang tidak merasakan apa – apa. Akibat reaksi menggaruk, sebagian kulit kucing akan terkelupas. Kulit yang terkelupas tersebut dapat membawa penyakit scabies sewaktu – waktu.[1]
Gejala klinis yang ditimbulkan akibat infestasi Sarcoptes scabiei yaitu gatal – gatal, hewan menjadi tidak tenang, menggosok – gosokkan tubuhnya ke dinding kandang dan akhirnya timbul peradangan kulit. Bercak kemerahan dan bintil akan terlihat jelas pada daerah kulit yang tidak ditumbuhi bulu. Apabila kondisi tersebut tidak segera diobati, maka akan terjadi penebalan dan pelipatan kulit disertai dengan timbulnya kerak atau keropeng. Gejala tersebut timbul kira – kira dalam waktu tiga minggu pasca infestasi tungau atau sejak larva membuat terowongan di dalam kulit.[1]
Kucing penderita scabies yang mengalami kulit berkerak pada area kepala.[2][3]
Pengobatan untuk scabies dapat diberikan secara topikal, oral maupun melalui injeksi (disuntikkan). Perlu diperhatikan untuk pemberian obat terutama melalui injeksi sepatutnya dilakukan oleh dokter hewan guna menghindari kesalahan penggunaan obat dan pemberian dosis. Obat yang dapat diberikan pada kucing penderita scabies diantaranya :
· Permethrin 5% (insektisida sintetik toksisitas rendah), dapat diaplikasikan secara topikal dan dibiarkan selama 8-10 jam lalu dibilas. Pemberian dapat diulang 1 minggu kemudian. Aplikasi obat ini sebagai upaya preventif penularan scabies kepada hewan lain.[1]
· Ivermectin 1% (antibiotik lakton makrosilik), dapat diberikan melalui injeksi subkutan dengan dosis 0,05 – 0,1 ml/kg berat badan atau 200 μg/kg berat badan dengan interval mingguan selama 3 minggu.[1][4][5] Selain sebagai anti-parasit, obat ini juga efektif dalam mengurangi kemungkinan terjadinya infeksi sekunder oleh bakteri (Streptococcus pyoderma) yang kerap menyertai scabies.[1]
· Diphenhydramine (anti-histamin), dapat disuntikkan melalui subkutan dengan dosis 0,05 ml/kg berat badan. Pemberian obat ini untuk mengatasi rasa gatal yang diderita oleh kucing.[1]
Terapi pendukung dapat dilakukan kepada kucing penderita scabies dengan memberikan multivitamin (zipvit syrup) dan mineral (zincovit syrup) harian secara oral minimal selama 10 hari.[5] Akan lebih baik untuk selalu memperhatikan manajemen pemeliharaan serta sanitasi lingkungan dan owner yang merupakan fokus utama dalam mencegah infeksi tungau penyebab scabies.[1]
Referensi :
1. Susanto, H., Kartikaningrum, M., Wahjuni, R. S., Warsito, S. H dan Yuliani, M. G. A. 2020. Kasus Scabies (Sarcoptes scabiei) Pada Kucing di Klinik Intimedipet Surabaya. Jurnal Biosains Pascasarjana 22 (1) : 37 – 45.
2. Horne, Kim. Taking The Bite Out Of Feline Mites. Today Veterinary Nurse. https://todaysveterinarynurse.com/articles/taking-the-bite-out-of-feline-mites/ Diakses 31 Januari 2021.
3. Hellmann, K., Petry, G., Capari, B., Cvejic, D dan Krāmer, F. 2013. Treatment of Naturally Notoedres Cati-Infested Cats With a Combination of Imidacloprid 10%/Moxidectin 1% Spot-On (Advocate®/Advantage® Multi, Bayer). Parasitology Research 112 : 57 - 66.
4. Sofyan, M. S., Susanto, M. H dan Nuha, M. U. 2018. Scabiosis (Notoedres cati) In Cat. Proceeding Of The 20th FAVA Congress & The 15th KIVNAS PDHI.
Ozukum,S.,Reihii, J dan Monsang, S. W. 2019. Clinical Management Of Notoedric Mange (FelineScabies) In Domestic Cats : A Case Report. The Pharma Innovation Journal 8 (3) : 306 - 308.
Kommentare