top of page
Search
Writer's pictureinfokom kepeta

FIP Si Silent Killer Yang Mengincar Kucing

Tahukah kalian di Indonesia sekarang ini sedang marak maraknya dengan penyakit yang disebut silent killer. Dan tahukah kalian sampai saat ini belum ada obat yang bisa benar-benar nyembuhin penyakit ini. Nama si silent killer ini adalah FIP atau Feline Infectious Peritonitis. Kalau kalian penasaran apa sih FIP itu, yuk simak artikel berikut!


Apa Itu FIP?

Feline Infectious Peritonitis (FIP) merupakan penyakit yang dapat berakibat fatal pada kucing dan disebabkan oleh coronavirus (FCoV) yang menyebabkan gangguan respirasi akut atau enteritis pada kucing juga dapat mengakibatkan gangguan neurologis (Widhyari, et al, 2018). Mayoritas kucing domestik yang terpapar FIP memiliki rentang usia antara 3 bulan dan 3 tahun, dan setidaknya 50% dari kucing yang terkena berusia 12 bulan atau lebih muda. Anak kucing dalam periode pasca-sapih paling rentan. Namun, kucing dari segala usia dapat terpengaruh dan puncak insiden sekunder pada kucing geriatri (>10 tahun) dapat terjadi. Terdapat kecenderungan bahwa penyakit ini menyerang kucing jantan dan kucing yang sudah dewasa seksual [1].


Jenis FIP

Terdapat dua jenis FIP yaitu FIP bentuk basah dan FIP bentuk kering. Tipe basah menyebabkan sekitar 70-80% dari keseluruhan kasus penyakit dan lebih ganas dari tipe kering, bila dalam terjadinya penyakit kekebalan tubuh bereaksi dengan cepat biasanya yang muncuh adalah tipe kering, sebaliknya bila kekebalan tubuh lambat bereaksi maka yang muncul adalah tipe basah [2].


Gejala FIP

Secara historis terdapat dua bentuk klinis FIP, bentuk efusif (basah) dan non-efusif (kering). Gejala klinis yang sering ditemukan antara lain adalah lesu, penurunan nafsu makan, penurunan berat badan, kesehatan yang buruk dan pertumbuhan yang terhambat pada anak kucing. Distensi perut karena asites dapat disalah artikan oleh pemiliknya sebagai penambahan berat badan atau kehamilan. Selain itu, sering terjadi demam kronis berfluktuasi yang tidak responsif terhadap antibiotik, sebagai efek sekunder akibat demam dapat terjadi pula polidipsia serta poliuria. Efusi pleura atau asites berat dapat dikaitkan dengan takipnea, atau dispnea, dan diare dapat terjadi karena granuloma usus [1].

Distensi Abdominal [3]

pada kedua jenis FIP terjadi akumulasi cairan pada rongga perut yang menyebabkan pembengkakan yang tidak menimbulkan rasa sakit tetapi yang membedakannya adalah pada FIP kering akumulasi cairan yang menumpuk relatif sedikit dan gejala yang muncul tergantung organ yang terinfeksi virus [2].


Terapi Dan Penanganan FIP

FIP saat ini tidak dapat disembuhkan, dan tujuan pengobatan adalah untuk meningkatkan kualitas hidup dan memperpanjang waktu kelangsungan hidup pasien. Hal ini dapat dicapai dengan mengurangi peradangan dan memberikan perawatan suportif. Pengobatan akut dapat terdiri dari thoraco dan abdominocentesis jika terdeteksi ada efusi, oksigen, cairan intravena atau subkutan, dan dukungan nutrisi. Penggunaan obat antivirus cenderung menjadi tidak efektif dan dapat menyebabkan efek samping yang parah. Obat imunomodulasi juga dapat digunakan, tetapi data yang meyakinkan masih kurang [1].

Abdominocentesis (pengambilan cairan di rongga perut) dengan cara aspirasi cairan pada rongga abdomen [3].

Diagnosis FIP

Diagnosa FIP dapat melalui anamnesa, gejala klinis, pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan serologis, ultrasonografi, radiografi, dan analisis darah. Diagnosis FIP juga dapat dilakukan melalui test Rivalta. Tes ini dapat dilakukan dengan cara menggunakan beberapa tetes cairan abdomen ke dalam tabung yang sebelumnya telah diisi dengan larutan asam asetat lemah. Bahan flokulan yang muncul terlihat pada uji Rivalta menunjukkan bahwa tes dalah positif [4].

Hasil positif tes rivalta terlihat bentukan jellyfish like [3]
 

REFERENSI


[1] Weese, J. S., Evason, M., 2020. Infectious Diseases of The Dog and Cat. London: CRC Press.

[2] Dewi, Rosmala. 2021. Penyakit Feline Infectious Peritonitis (FIP) Pada Kucing Ras Persia Di Klinik Hewan Pendidikan Universitas Hasanuddin. Tugas Akhir. Fakultas Kedokteran. Universitas Hasanuddin. Makassar.

[3] Jayanti, P. D., I Wayan N. F. G., Ni Luh A. K. M. P. S. 2021. Laporan Kasus: Feline Infectious Peritonitis Virus Pada Kucing Lokal Jantan Yang Mengalami Asites. Buletin Veteriner Udayana 13(2): 196-205.

[4] Widhyari, S. D., Kusuma, B. F., Widodo, S., Esfandari, A., Wulansari, R., Maylina, L., 2018. Suspect Feline Infectious Peritonitis pada kucing. Jurnal Asosiasi Rumah Sakit Hewan Indonesia (ARSHI) 2(1): 15-16.

52 views0 comments

Comments


bottom of page